Kamis, 24 Maret 2016

Cerpen

Diposting oleh Unknown di 01.57



Gara-Gara Pasar Malam

            Siang itu, sekitar pukul 11.00 terdengar suara gaduh diruang kelas VI-B. Suasana kelas yang tidak kondusif ketika tidak ada guru untuk mengisi pelajaran. Sesuai dengan jadwal, seharusnya kelas VI-B diisi oleh Bapak Sukadi yang mengajar SKI (Sejarah Kebudayaan Islam). Namun, Bapak Sukadi tidak dapat melakukan kegiatan mengajar karena ada kepentingan yang harus diselesaikan.
         Tiba-tiba datanglah wanita ke ruang kelas. Wanita itu bernama Bu Mu’awannah. Saya bersama teman-teman biasa memanggil beliau dengan Bu Mu’, Bu Muawannah ini merupakan sosok wanita yang mempunyai tanggung jawab yang tinggi dan murah senyum. Beliau merupakan wali kelas VI-B. Beliau datang ke ruang kelas karena ingin memberikan informasi kepada seluruh murid VI-B.
 “Anak-anak mohon perhatiannya, besok jadwal les kalian Bahasa Indonesia? karena besok pagi Bu Mu’ harus menghadiri senam massal di Alun-Alun maka jadwal les dirubah” jelas Bu Muawannah.

“Hore, besok les ditiadakan” teriak Handin, teman satu kelas saya.
Suasana kelas menjadi gaduh kembali mendengar berita tersebut.
“Anak-anak harap tenang, ibu guru belum selesai menyampaikan informasi. Besok tetap dilaksanakan les seperti biasanya. Hanya saja, untuk mata pelajaran besok diganti dengan Matematika, yang diajar oleh Pak Iqbil” jelas Bu Muawannah lagi.
“Ha, les Matematika lagi?” jawab Sandi, sang ketua kelas
“Jadi, bu guru berpesan besok jangan sampai terlambat, datanglah lebih awal” pesan bu guru.
          Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang ditakuti oleh teman-teman saya. Karena untuk kelas VI dibimbing oleh Pak Iqbil yang terkenal tegas, tepat waktu, perfeksionis dan juga gemar menghukum siswanya yang tidak patuh.
          Pukul 12.00 bel pulang berbunyi. Saya bersama teman-teman keluar kelas dan menuju masjid untuk shalat Dzuhur berjama’ah.  Di MiN Kedungombo selalu membiasakan muridnya untuk melakukan shalat berjama’ah.  Setelah selesai shalat berjama’ah, saya bersama Vera, teman akrab saya menuju tempat parkir untuk mengambil sepeda.
“Yan, dilapangan Kedungombo ada pasar malam Lho” ucap vera kepadaku.
“Wah, beneran itu ver?” jawabku dengan terkejut
“Iya nanti malam aku ingin melihatnya” ucap vera lagi
          Saya sangat suka melihat pasar malam, karena saya disana dapat melepas penat dengan naik berbagai permainan yang ada dipasar malam. Selain itu saya juga dapat membeli makanan yang saya suka.
          Sesampainya dirumah, saya mengucapkan salam “Assalamu’alaikum” ucapku dengan semangat. “Wa’alaikumsalam” jawab ibuku. Kemudian seketika itu saya langsung merengek mengajak ibu kepasar malam.
“Ibu nanti melihat pasar malam ya?” pintaku kepada ibu.
“Yan, kamu ini baru datang dari sekolah, langsung merengek minta kepasar malam, kalau mau kepasar malam ya nanti malam. Mau melihat sekarang ya tidak ada yang dilihat”jawab ibu dengan jengkel.
“Tapi nanti aku diberi uang saku kan kalau ingin pergi kepasar malam” jawabku sambil merayu.
“Minta Bapakmu sana” jawab Ibu dengan ketus
          Setelah percakapan itu, saya segera ganti baju dan makan siang sambil menyalakan TV diruang tamu. Ketika itu saya melihat acara Leptop Si Unyil. Tidak lama kemudian terdengar suara yang memanggilku.
          “Mbak Yan” suara yang lirih memanggilku. Saya segera menoleh keluar dan ternyata yang memanggilku adalah Dela. Dela adalah adik keponakkan vera yang sering main kerumahku. Dela berusia 6 tahun dan masih duduk dibangku TK. Saya sangat sayang dengannya. Saya merasa iba, karena Dela merupakan anak yatim piatu., sehingga tidak heran jika kemana-mana selalu mengajaknya.
“Del, sini masuk” ajakku kepada Dela.
“Ada apa mbak?” jawab Dela sambil berjalan kearahku
“Nanti kamu ikut aku ke pasar malam, mau kan?” ucapku kepada Dela
“Wah, hore aku ikut iya mbak ? nanti kita naik keranjang cinta ya?” jawab Dela dengan riang
“iya, nanti aku ngajak kamu, nanti habis shalat maghrib kmau kesini ya?” pinta ku ke Dela
“iya mbak” ucap Dela
          Adzan maghrib pun berkumandang, saya langsung berangkat shalat Maghrib berjama’ah. Setelah selesai shalat saya memanggil Dela kerumah dan dia sudah siap pergi ke pasar malam
          Saya menuju toko yang berada disamping rumah, untuk menemui Bapak.
“Bapak, aku boleh kepasar malam kan? Sebentar kok pak” ucapku
“Iya boleh, tetapi tidak boleh sendiri, ajak kakakmu sana” jawab Bapak
“tapi aku minta uang saku pak, hehehheheh” pintaku sambil malu-malu
          Setelah diberi uang saku saya menuju kamar kakakku untuk mengajaknya kepasar malam. Kakakku pun ternyata setuju untuk melihat pasar malam bersama denganku dan Dela. Namun sebelum berangkat ibu bertanya kepadaku “Yan, apa kamu tidak ada PR untuk pelajaran besok?” tanya ibu kepadaku. Aku pun langsung menjawab “Tidak ada Bu”
“Ya sudah, hati-hati, jangan lama-lama melihat pasar malamnya” pesan ibu kepadaku
          Kami bertiga segera berangkat menuju tempat pasar malam dengan mengendarai sepeda motor. Sesampainya disana, suasana sangat ramai terlihat sorot lampu kemerlip, dan juga terdapat aneka permainan disana.
 “Mbak ayo kita naik keranjang cinta” pinta Dela tidak sabar
“Ayo, ayo” jawabku dengan senang hati
“Iya sudah, kalau kalian ingin naik keranjang cinta, mbak tunggu disini. Nanti biar mbak ambil gambarnya dari bawah” ucap kakakku
“Oke” jawabku
          Saya bersama Dela naik keranjang cinta, setelah itu saya naik kuda-kudaan dan naik permainan lainnya. Kami sangat bersenang-senang disana. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Jam diponsel kakakku menunjukkan pukul 21.00. sebenarya kakakku sudah mengingatkanku tadi, namun saya tidak menghiraukannya.
          Akhirnya karena sudah merasa puas dan lelah, Kami bertiga pun pulang. Sebelum pulang kerumah kami mengantar Dela pulang terlebih dahulu.
          Sesampainya dirumah, ibu menyambut kami diruang tamu. “Malam sekali pulangmu yan. Apa kamu tidak butuh belajar?” tanya ibu. “ He...he..he, maaf Bu” jawabku sambil ketawa
          Saya segera menuju kamar karena sudah merasa lelah saya pun berbaring ditempat tidur. Dengan setengah tidak sadar saya mengingat-ingat pelajaran untuk besok. “Astaga besok kan les matematika. Matematika kan ada PR mengerjakan tugas dibuku Fokus” ucapku dalam hati.
          Dengan gegabah, saya langsung mengambil buku fokus dan membuka PR nya. Ternyata PR matematika sangat banyak tidak hanya satu materi saja, namun ada materi bilangan bulat, bangun ruang, FPB dan KPK. Saya berusaha mengerjakannya, entah itu benar ataupun salah. Namun karena tugasnya yang terlalu banyak saya tertidur sebelum saya menyelesaikan semuanya. Saya tertidur pulas dengan ditemani buku-buku dan alat tulis yang berserakan dikasur.
          Keesokan harinya, pukul 05.00 ibu mengetuk pintu kamar untuk membangunkanku. Namun saya pun tidak meresponnya karena masih ngantuk.  Ibu pun menuju dapur untuk mencuci piring.
          Pukul 6.00 saya baru membuka mata, ketika saya melihat jam dinding seketika saya kaget dan meloncat dari tempat tidur menuju kamar mandi. “Ibu saya telat” teriakku kepada ibu.
“Ibu kan sudah bilang, jangan melihat pasar malam sampai larut malam, inikan akibatnya bangun kesiangan” kata ibu
“Padahal pukul 06.00 aku ada les matematika,Bu” jawabku dengan diselimuti rasa cemas.
          Setelah mandi saya merapikan buku-buku yang ada ditempat tidur. “Aduh, aku belum selesai mengerjakan PR matematika” ucapku dalam hati
          Tanpa sarapan saya langsung mengayuh sepedaku untuk menuju sekolah. Sesampai di depan ruang kelas timbul rasa takut untuk memasuki ruang kelas.
“assalammu’alaikum” ucapku
          Pak Iqbil pada waktu itu, tidak merespon  saya, dan saya dapat melihat dari raut wajah Pak Iqbil merasa sebal karena dengan keterlambatan saya telah mengganggu kegiatan belajar mengajar.
          Saya langsung menuju ketempat duduk saya. “Heh, yan kenapa kamu terlambat?” tanya Nava, teman satu bangku. Belum sempat aku menjawab pertanyaan Nava, dia langsung memberi tahuku “Untuk PR matematika sudah dicocokkan dan diambil nilainya”jelas Nava. “Ha” jawabku dengan terkejut. Sedihnya lagi, siswa yang terlambat hanya saya saja.
          “Untuk siswa yang tidak ada nilainya saya beri nilai nol untuk nilai tugas” tegas Pak Iqbil di depan kelas . saya hanya menunduk dan sedih, selama satu hari itu saya tidak bersemangat belajar di kelas.
          Ketika pulang sekolah, dan sesampainya saya dirumah saya berjanji kepada ibu saya untuk menuruti nasehatnya. “Bu, saya berjanji mulai sekarang habis selesai shalat maghrib tidak akan keluar tetapi akan belajar dirumah, ada ataupun tidak ada PR” ucapku. “aku tadi dihukum karena terlambat datang ke sekolah dan mendapat nilai nol untuk nilai tugas” sambungku sambil meneteskan air mata
“Sudah jangan menangis, jadikan saja ini sebagai pembelajaran untukmu agar lebih baik lagi” hibur ibu kepadaku
Semenjak peristiwa itu, saya lebih rajin belajar. Setiap selesai shalat maghrib saya selalu membuka buku untuk belajar atau mengerjakan tugas. Saya tidak lagi mementingkan kesenangan diri sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mimin Dwi Jayanti © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor