MAKALAH
Penanaman Nilai Ketuhanan Melalui
Pancasila Games Puzzle Sebagai Media Pengembangan Karakter Pada Siswa Sekolah Dasar
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata
Kuliah Konsep Dasar PKn SD yang dibina oleh Bapak Drs. Imam Muchtar, S.H,M. Hum
dan Fajar Surya Hutama, S. Pd, M. Pd
Disusun
Oleh :
Mimin
Dwi Jayanti
150210204089
Kelas
A
PROGRAM
STUDI S1 PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Penanaman Nilai Ketuhanan
Melalui Pancasila Games Puzzle
Sebagai Media Pengembangan Karakter Pada Siswa Sekolah Dasar”dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada
Bapak Drs. Imam Muchtar, S.H,M. Hum dan Fajar Surya Hutama, S. Pd, M. Pd selaku
Dosen mata kuliah Konsep Dasar PPKn SD yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
pengaplikasian kurikulum 2013 dapat dilakukan dengan model permainan dimana
didalam permainan tersebut mengandung nilai-nilai pancasila. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun
ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Jember,
13 November 2015
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 merupakan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Pengembangan Kurikulum 2013 sendiri
merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan secara terpadu. Pada kurikulum 2013 sangat diperlukan mengenai
pendidikan berkarakter untuk peseeta didik.
Secara sederhana, pendidikan
karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk
mempengaruhi karakter siswa atau suatu usaha yang disengaja untuk membantu
seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai
etika yang inti.
Salah satu nilai yang terdapat dalam
pendidikan karakter adalah nilai ketuhanan. Dimana nilai-nilai ketuhanan
merupakan dasar yang harus diterapkan kepada anak sejak dini, karena nilai
religius merupakan landasan utama setiap individu untuk tidak terpengaruh oleh
keadaan yang selalu berubah.
Dalam kenyataannya, Karakter
masyarakat Indonesia saat ini justru telah bergeser dari nilai-nilai Pancasila,
yang ditandai dengan melemahnya akhlak dan moral, Padahal Pancasila telah
menjadi cita-cita moral bangsa Indonesia, oleh sebab itu, penanaman niai-nilai
pancasila harus dilakukan sejak dini, khususnya kepada siswa Sekolah Dasar.
Disinilah peran seorang guru sangat
berpengaruh dalam menumbuhkan budi pekerti yang baik, sehingga dibutuhkan
ide-ide yang kreatif dalam proses menyampaikan pembelajarannya. Oleh karena itu
penulis memberikan salah satu cara pembelajaran untuk menerapkan nilai-nilai
pancasila yang merupakan salah satu pilar kebangsaan dengan model “permainan
pancasila Puzzle Games” yang dapat diterapkan
pada anak Sekolah Dasar. Melalui sebuah permainan tersebut membuat peserta
didik dapat memahami tujuan dari pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru.
Tidak hanya memahami saja, namun yang terpenting dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Bagaimanakah penanaman
nilai ketuhanan melalui pancasila games
puzzle sebagai media pengembangan karakter pada siswa Sekolah Dasar?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,
maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui penanaman
nilai ketuhanan melalui pancasila games
puzzle sebagai media pengembangan karakter pada siswa Sekolah Dasar
BAB II PEMBAHASAN
A. Penanaman
Nilai Ketuhanan Melalui Pancasila Games
Puzzle Sebagai Media Pengembangan Karakter Pada Siswa Sekolah Dasar
Pendidikan karakter di nilai sangat
penting untuk ditanamkan pada anak usia SD karena pendidikan karakter adalah
proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku
yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur.
Karakter yang berkualitas perlu
dibentuk dan dibina sejak usia dini. terutama usia SD yang merupakan masa
kritis bagi pembentukan karakter seseorang, penanaman moral melalui pendidikan
karakter sedini mengkin kepada anak-anak adalah kunci utama membangun bangsa.
Karakter di sini adalah watak,
tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
untuk cara pandang , bepikir, bersikap dan bertindak.
Pada usia kanak-kanak atau yang
biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti
sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas kecerdasan orang
dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30 persen
berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20 persen sisanya pada
pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan
karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan
karakter anak. Setelah keluarga, didunia pendidikan karakter ini sudah harus
menjadi ajaran wajib sejak sekolah dasar.
Anak SD masih dalam tahap perkembangan
operasional konkret. Tahap dimana mulai berkembangnya kecerdasan mereka untuk
berpikir logis dan sistematis. Sehingga pendidikan karakter pada anak SD
menjadi kunci dalam perubahan generasi muda yang lebih baik. Nilai-nilai budi
pekerti dan karakter harus diajarkan oleh para guru disekolah dasar secara baik
dan benar, agar nantinya anak-anak SD
bisa memiliki jiwa dan kepribadian yang
unggul. Jika anak-anak SD memiliki karakter yang baik, maka besar kemungkinan
Indonesia akan memiliki generasi muda yang unggul dan bermartabat nantinya.
Jadi pendidikan karakter di sekolah dasar menjadi faktor utama untuk membangun
karakter generasi muda menjadi lebih baik.
Jadi pengembangan karakter adalah
suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan
moral mengenai akhlak dan budi pekerti anak, sehingga dapat dibedakan dengan
anak lainnya. sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik
berlandaskan nilai-nilai pancasila.
Berdasarkan pengertian tersebut,
maka dapat dikemukakan bahwa membangun karakter akan menggambarkan hal-hal
pokok sebagai berikut;
1.
Merupakan suatu proses
yang terus menerus di lakukan untuk membentuk, tabiat, watak, dan sifat-sifat
kejiwaan yang berlandaskan kepada semangat pengabdian dan kebersamaan.
2.
Menyempurnkan karakter
yang ada untuk terwujudnya karakter yang diharapkan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
3.
Membina karakter yang
ada sehingga menampilkan karakter yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang dilandasi dengan nilai - nilai falsafah pancasila.
Membangun karakter bangsa pada hakikatnya adalah agar suatu bangsa atau
masyarakat memiliki sikap sebagai berikut;
1.
Adanya saling
menghormati dan saling menghargai diantara sesama
2.
Adanya rasa kebersamaan
dan tolong menolong
3.
Adanya rasa persatuan
dan kesatuan sebagaisuatu bangsa
4.
Adanya rasa peduli
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
5.
Adanya moral , akhlak
yang dilandaskan pada nilai-nilai agama
6.
Adanya perilaku dan
sifat-sifat kejiwaan yang saling menghormati dan menguntungkan
7.
Adanya kelakuan dan
tingkah laku yang senantiasa menggambarkan nilai-nilai agama, nilai-nilai hukum
dan nilai-nilai budaya
8.
Sikap dan perilaku yang
menggambarkan nilai-nilai kebangsaan.
Berkaitan dengan hal itu, maka atas
karakter suatu bangsa/masyarakat pada dasarnya dapat dikenali pada dua sifat,
yaitu;
1.
Karakter yang bersifat
positif, yakni suatu tabiat, watak yang menunjukan nilai-nilai positif dalam
kehidupan bermasyarakat, bengbangsa dan bernegara.
2.
Karakter yang bersifat
negatif, yakni tabiat, watak yang menunjukan nilai-nilai negatif terhadap
kehidupann bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Menurut UU No 20 tahun 2003 pasal 3
menyebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter bangsa yang bermartabat. Ada 9 pilar pendidikan berkarakter,
diantaranya adalah:
1.
Cinta Tuhan dan segenap
ciptaanNya.
2.
Tanggung jawab,
kedisiplinan dan kemandirian.
3.
Kejujuran /amanah dan
kearifan.
4.
Hormat dan santun.
5.
Dermawan, suka menolong
dan gotong royong/ kerjasama.
6.
Percaya diri, kreatif
dan bekerja keras.
7.
Kepemimpinan dan
keadilan.
8.
Baik dan rendah hati.
9.
Toleransi kedamaian dan
kesatuan.
Dari ke 9 (Sembilan) pilar karakter
tersebut terjabar kedalam beberapa nilai-nilai pendidikan yang berkarter
bangsa, yakni
1.
Religius: sikap dan
perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur: perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.
Toleransi: sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin: tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Kerja Keras: tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
6.
Kreatif: berpikir dan
melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki
7.
Mandiri: sikap dan
perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas
8.
Demokratis: cara
berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
9.
Rasa Ingin Tahu: sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
10. Semangat
Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta
Tanah Air: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai
Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain
13. Bersahabat/Komunikatif:
sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
14. Cinta
Damai: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
15. Gemar
Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli
Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli
Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung
Jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Kesembilan pilar karakter itu,
diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode
knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa
mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the
good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan
mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau
berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan
perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah
terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi
kebiasaan.
Di sinilah peran guru, yang dalam
filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah
ujung tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.
Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan
anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil
menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis.
Pembelajaran yang baik tidak sekedar
transfer ilmu ke anak didik melalui ceramah yang akhirnya terjadi verbalisme
dan pembelajaran monoton namun dapat dipadukan dengan pembelajaran yang
memberikan pengalaman kepada siswa untuk melakukan sesuatu dalam menemukan
jawaban dari permasalahan tema pembelajaran dan memperoleh pengetahuan secara
maksimal.
Pembelajaran bukan sekedar transfer
ilmu, namun untuk peningkatan kemampuan peserta didik. Pembelajaran yang baik
adalah untuk peningkatan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Pembelajaran dengan menggunakan
media merupakan suatu bagian tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran yang
bermakna dan menyeluruh. Proses pembelajaran yang baik merupakan kegiatan yang
menjadikan siswanya dapat memahami materi yang disampaikan.
Tentu
saja dalam mengoptimalkan kurikulum 2013
dibutuhkan komponen pembelajaran yang berkarakter sebagai tujuan utama
pendidikan. Harapan besar bahwa Pancasila dapat menjembatani persoalan karakter
bangsa Sehingga untuk dapat menerapkan nilai-nilai
pancasila dapat dilakukan melalui media pembelajaran Pancasila Games Puzzle.
Game
berasal dari bahasa inggris yang berarti permainan . Dalam setiap game
terdapat peraturan yang berbeda - beda untuk memulai permainannya sehingga
membuat jenis game semakin bervariasi . Karena salah satu fungsi game sebagai
penghilang stress atau rasa jenuh maka hampir setiap orang senang bermain game
baik anak kecil , remaja maupun dewasa , mungkin hanya berbeda dari jenis game
yang dimainkannya saja
Dengan dasar teori Gestalt, maka ada
beberapa prinsip pembelajaran menggunakan media, antara lain:
a.
Manusia bereaksi dengan
lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga
secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya
b.
Belajar adalah
penyesuaian diri dengan lingkungan.
c.
Manusia berkembang
sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala
aspek-aspeknya.
d.
Belajar adalah
perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas.
e.
Belajar hanya berhasil,
apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
f.
Tidak mungkin ada
belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang
mengerakan seluruh organisme.
g.
Belajar akan berhasil
kalau ada tujuan.
h.
Belajar merupakan suatu
proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.
Games
menjadi bagian dari media karena sifatnya yang dapat membantu penyampaian
pesan. Games yang ada termasuk yang
mendidik dan dapat mengeksplorasi pikiran. Diantara games tersebut adalah
dengan puzzle. Puzzle secara
bahasa indonesia diartikan sebagai tebakan. Tebakan adalah sebuah masalah atau
"enigma" yang diberikan sebagai hiburan; yang biasanya ditulis, atau
dilakukan.
Games
Puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan
ingatan siswa lebih mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa
mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab bisa di ulang-ulang.
Tantangan dalam permainan ini akan selalu memberikan efek ketagihan untuk
selalu mencoba, mencoba dan terus mencoba hingga berhasil.
Pada sila pertama yang berbunyi
“Ketuhanan yang Maha Esa”
memilik makna bahwa manusia sebagai makhluk ciptaanNya
wajib melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya, maka pada puzzle dapat digambarkan dengan adanya
seseorang yang menunaikan ibadah,seperti terdapat anak-anak yang sedang
melaksanakan ibadah bersama di masjid, atau terdapat gambar anak-anak yang
sedang membaca Al-qur’an. Terdapat juga seorang anak yang membaca do’a sehari
hari. Gambar yang dapat digunakan pada puzzle tersebut pada intinya
menggambarkan aktivitas seseorang yang melakukan penerapan nilai keagamaan.
Langkah-langkah Pembelajaran
penerapan nilai ketuhanan melalui Pancasila
Games Puzzle adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan Pendahuluan
a)
Guru mengajak semua
siswa berdo’a
b)
Guru melakukan
komunikasi tentang kehadiran siswa
c)
Guru menginformasikan
tema yang dibelajarkan
2.
Kegiatan inti
1.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran terhadap nilai-nilai pancasila.
2.
Guru memberikan
gambaran umum pancasila dalam kehidupan sehari-hari
3.
Membentuk kelompok
kecil yang terdiri dari 3 anak
4.
Memberikan permainan games puzzle yang menggambarkan
penerapan nilai ketuhanan kepada setiap kelompok.
5.
Memberikan waktu kepada
siswa untuk menyusun puzzle hingga menjadi gambar yang sesuai.
6.
Guru menyuruh siswa
untuk menuliskan nilai yang terkandung didalam games puzzle
7.
Memberikan kesempatan
kepada setiap kelompok untuk menjelaskan gambar yang terbentuk dari puzzle dan dihubungkan dengan pengalaman
pribadi siswa.
8.
Memberikan kesempatan
kepada siswa yang ingin bertanya apabila terdapat materi yang kurang paham.
3.
Kegiatan penutup
1.
Siswa membuat
kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari
2.
Guru memberitahu siswa
mengenai bentuk realisasi penanaman nilai Ketuhanan melalui kegiatan rutin
yaitu diadakannya shalat berjama’ah di sekolah
3.
Memberi pesan kepada
siswa untuk dapat mengaplikasikan nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari
Pada intinya dibalik permainan puzzle ini disediakan berbagai nilai
karakter yang sesuai dengan sila dalam Pancasila. Namun nilai sikap tersebut
baru boleh dilihat oleh anak ketika berhasil menyelesaikan puzzle dengan baik. Kemudian yang harus dilakukan oleh seorang anak
yakni mencontoh sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan dari permainan ini yaitu
mengoptimalkan pembelajaran nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari
sehingga dapat terinternalisasi dan terinstitusionalisasi dalam proses
operasionalnya. Selain itu demi menyongsong sekaligus mengukuhkan tujuan
kurikulum 2013 maka nilai-nilai karakter perlu ada, sehingga diperlukan sebuah
komponen pembelajaran yang terintegral dari nilai-nilai luhur bangsa. Kurikulum
2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan
pendidikan berkarakter. Siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam
berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Ada
tiga aspek yang menjadi tujuan kurikulum 2013 yaitu aspek pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
Pengetahuan dalam kurikulum 2013
sama seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya, yaitu penekanan pada tingkat
pemahaman siswa dalam pelajaran. Keterampilan merupakan aspek baru dalam
kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan penekanan pada skill atau kemampuan. misalnya adalah
kemampuan untuk mengemukakan pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat
laporan, serta berpresentasi. Aspek Keterampilan merupakan salah satu aspek
penting karena hanya dengan pengetahuan, siswa tidak dapat menyalurkan
pengetahuan tersebut sehingga hanya menjadi teori semata. Aspek sikap merupakan
aspek tersulit untuk dinilai. Sikap meliputi sopan santun, adab dalam belajar,
absensi, sosial, dan agama.
Beberapa manfaat bermain puzzle
bagi anak-anak antara lain:
1.Meningkatkan
Keterampilan Kognitif
Keterampilan kognitif (cognitive
skill) berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle
adalah permainan yang menarik bagi anak sekolah dasar pada dasarnya menyukai bentuk gambar dan
warna yang menarik.Dengan bermain puzzle
anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun gambar. Pada tahap awal
mengenal puzzle, mereka mungkin mencoba untuk menyusun gambar puzzle dengan cara mencoba
memasang-masangkan bagian-bagian puzzle
tanpa petunjuk. Dengan sedikit arahan dan contoh, maka anak sudah dapat
mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan cara mencoba menyesuaikan bentuk,
menyesuaikan warna, atau logika.
2.
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan motorik halus (fine
motor skill) berkaitan dengan kemampuan anak menggunakan otot-otot kecilnya
khususnya tangan dan jari-jari tangan. Dengan bermain puzzle tanpa disadari
anak akan belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya puzzle dapat tersusun membentuk gambar
maka bagian-bagian puzzle harus
disusun secara hati-hati.
3.Meningkatkan
Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial berkaitan dengan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara
perorangan. Namun puzzle dapat pula dimainkan secara kelompok. Permainan yang
dilakukan oleh anak-anak secara kelompok akan meningkatkan interaksi sosial
anak. Dalam kelompok anak akan saling menghargai, saling membantu dan
berdiskusi satu sama lain.
4.Melatih
logika
Membantu melatih logika anak. Misalnya
puzzle bergambar manusia. Anak
dilatih menyimpulkan di mana letak kepala, tangan, dan kaki sesuai logika.
5.Melatih
kesabaran.
Bermain puzzle membutuhkan ketekunan, kesabaran dan memerlukan waktu untuk
berfikir dalam menyelesaikan tantangan.
6.
Memperluas pengetahuan.
Anak akan belajar banyak hal, warna,
bentuk, angka, huruf. Pengetahuan yang diperoleh dari cara ini biasanya
mengesankan bagi anak dibandingkan yang dihafalkan.
7.Permainan puzzle
melatih anak memusatkan pikiran
Hal
tersebut dapat terjadi karena anak harus berkonsentrasi ketika mencocokkan
kepingan-kepingan puzzle. Selain itu,
permainan ini meningkatkan keterampilan anak menyelesaikan masalah sederhana
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Penanaman Nilai Ketuhanan Melalui Pancasila Games Puzzle Sebagai Media
Pengembangan Karakter Pada Siswa Sekolah Dasar adalah Salah satu cara yang
dapat dilakukan oleh soerang guru untuk menerapkan nilai-nilai pancasila, dapat dilakukan melalui media pembelajaran pancasila games puzzle.
Model pembelajaran pancasila games puzzle merupakan bentuk
permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam
dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa mencoba memecahkan masalah,
Pada sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” memilik makna bahwa manusia
sebagai makhluk ciptaanNya wajib melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi
laranganNya, maka pada puzzle dapat
digambarkan dengan adanya seseorang yang menunaikan ibadah,seperti terdapat
anak-anak yang sedang melaksanakan ibadah bersama di masjid, atau terdapat
gambar anak-anak yang sedang membaca Al-qur’an. Terdapat juga seorang anak yang
membaca do’a sehari hari.
Langkah-langkah Pembelajaran
penerapan nilai ketuhanan melalui Pancasila
Games Puzzle adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan Pendahuluan
a.
Guru mengajak semua
siswa berdo’a
b.
Guru melakukan
komunikasi tentang kehadiran siswa
c.
Guru menginformasikan
tema yang dibelajarkan
2.
Kegiatan inti
a.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran terhadap nilai-nilai pancasila.
b.
Guru memberikan
gambaran umum pancasila dalam kehidupan sehari-hari
c.
Membentuk kelompok
kecil yang terdiri dari 3 anak
d.
Memberikan permainan games puzzle yang menggambarkan
penerapan nilai ketuhanan kepada setiap kelompok.
e.
Memberikan waktu kepada
siswa untuk menyusun puzzle hingga menjadi gambar yang sesuai.
f.
Guru menyuruh siswa
untuk menuliskan nilai yang terkandung didalam games puzzle
g.
Memberikan kesempatan
kepada setiap kelompok untuk menjelaskan gambar yang terbentuk dari puzzle dan dihubungkan dengan pengalaman
pribadi siswa.
h.
Memberikan kesempatan
kepada siswa yang ingin bertanya apabila terdapat materi yang kurang paham.
3.
Kegiatan penutup
a.
Siswa membuat
kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari
b.
Guru memberitahu siswa
mengenai bentuk realisasi penanaman nilai Ketuhanan melalui kegiatan rutin
yaitu diadakannya shalat berjama’ah di sekolah
c.
Memberi pesan kepada
siswa untuk dapat mengaplikasikan nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari
Penanaman nilai ketuhanan melalui pancasila games puzzle terdapat dibagain
belakang Puzzle karena disediakan berbagai nilai karakter yang
sesuai dengan sila pertama. Namun nilai sikap tersebut baru boleh dilihat oleh
anak ketika berhasil menyelesaikan Puzzle dengan baik. Kemudian yang harus
dilakukan oleh seorang anak yakni mencontoh sikap tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Manfaat yang diperoleh melalui
pembelajaran dengan pancasila games
puzzle yaitu: meningkatkan keterampilan kognitif, meningkatkan keterampilan
motorik halus, meningkatkan keterampilan sosial, melatih logika, melatih
kesabaran, memperluas pengetahuan, dan permain puzzle melatih anak memusatkan pikiran.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdiansah,Bambang.2013.Membangun
karakter (Character Building)[Online]
Karso,Maulana.2012.Intregasi
Pendidikan Nilai Dalam Membangun Karakter Siswa di Sekolah Dasar dalam
Pembelajaran IPS SD[Online]
....2013.Pengertian,Sejarah,Jenis-jenis
Tentang Games.[Online]
....2011.Penggunaan
Media Games Puzzle.[Online]
HIMA
PKnH FIS UNY.2014.Permainan Pancasila Puzzle Games Sebagai Media Pengembangan Karakter
Anak.[Online]
0 komentar:
Posting Komentar